Selasa, 29 Maret 2011

Hari air sedunia

memperingati hari air sedunia, 22 Maret.

“Sekitar 50 ribu jiwa setiap tahun atau 136 jiwa setiap hari meninggal karena kekurangan air bersih (Data Bank Dunia tahun 2008).”

Kebutuhan air begitu penting dan vital dalam kehidupan manusia. Seperti yang kita tahu, air adalah elemen penting dari kehidupan. Air berfungsi sebagai sumber air minum bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Berbagai kegiatan manusia, sebut saja mencuci, memasak, sarana transportasi, pertanian, pembangkit tenaga listrik dan masih banyak lagi, semuanya membutuhkan air.
Kebutuhan air berlipat ganda tiap dua puluh tahun, seiring dengan bertambahnya populasi manusia di dunia. Katakan saja setiap satu orang memerlukan sekitar dua liter air minum per hari, itu artinya lebih dari 800 liter air diperlukan untuk mencukupi kebutuhan tiap orang pertahun. Saat ini 900 juta orang di dunia tidak mendapatkan air bersih.
Meski 70% permukaan bumi terdiri dari air, total jumlah air asin di seluruh permukaan bumi mencapai 1.360.000 km3 dengan 2,8%-nya atau sebesar 37800 km3 dalam fase air di daratan terdiri dari danau air tawar, danau air asin dan sungai. Sisa air tawar tersedia dalam bentuk air tanah, sungai, danau dan arus yang tersebar di lebih dari dua ratus lima puluh sungai di dunia.
Indonesia adalah negara dengan kondisi cadangan air yang melimpah, jumlah air di Indonesia bisa mewakili 60% persediaan air dunia atau 21% di kawasan Asia Afrika. Sayangnya meski memiliki cadangan air yang melimpah, pengelolan akses untuk air bersih saat ini masih bermasalah. Di desa maupun kota, memiliki masalah yang sama.
Daerah pedesaan kekurangan air bersih karena kekeringan yang diakibatkan banyaknya pohon yang ditebang, sehingga sumber airnya menghilang. Walhasil, warga tidak dapat mengakses air bersih dan jarang mendapatkan bantuan langsung air dari pemerintah daerah setempat. Sedangkan untuk daerah perkotaan, menurut Dr. Sarifah Nurjanah, dosen Fakultas Teknologi Ilmu Pertanian Unpad, terbagi tiga masalah untuk kebutuhan air warga, yaitu :
·      Kualitas : Buruknya kualitas air di perkotaan diakibatkan pencemaran lingkungan. Baik yang dilakukan pabrik ataupun individu yang melakukan pencemaran di sekitar sumber air bersih. Misalkan pembuangan sampah ke sungai dan limbah yang tidak di filter terlebih dahulu. Sehingga kualitas air sungai tidak dapat dikonsumsi
·       Ekologi lingkungan : Misalnya pada eksplotasi sumur yang digali sangat dalam. Karena eksplotasi yang berlebihan ini, air tanah pun menjadi terkuras dan langka.
·       Kuantitas : Sistem irigasi dan draniase yang buruk di perkotaan yang menyebabkan air tidak mengalir ke sungai. Arah pemanfaatannya pun menjadi tidak jelas. Bahkan banyak air yang tergenang di jalan ini karena sistem irigasi yang begitu buruk di perkotaan termasuk di kota-kota besar sehingga tidak dapat dimanfaatkan.

Dari semua permasalahan air bersih di Indonesia, pedesaaan ataupun di perkotaan, peran pemerintah yang minim menjadi faktor penyebabnya. Pemerintah seakan mengabaikan kebutuhan air warga, ini dapat dilihat dari banyaknya kasus daerah yang kekeringan dan warga yang mengonsumsi air sungai yang begitu kotor. Padahal sudah ada Undang-Undang no 7 tahun 2004 dimana pemerintah harus mengelola sumber daya air untuk warganya, bukan menjualnya ke pihak swasta seperti yang selama ini. Hal ini terjadi di sumber mata air Cidahu, Gunung Salak Bogor, yang dikelola swasta. Eksploitasi besar-besaran dilakukan, sementara warga sekitarnya tidak mendapat jatah air besih karena sudah terkuras habis.

          Di tengah kurangnya penyediaan air bersih, pemerintah malah terus memeras rakyat dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang terus menaikkan tarif. Seperti pohon kelapa yang tiap tahun semakin meninggi, begitulah gambaran peningkatan tarifnya. Padahal kita tahu, hingga saat ini pelayanan PDAM masih belum maksimal, air yang tidak mengalir, pipa yang bocor, hingga kerugian tiap tahunnya karena pengelolaan manajemen yang buruk dan korup.
Yang bisa kita lakukan adalah menghemat seefektif mungkin air bersih yang kita dapat agar dapat terdistribusi secara adil. Semoga kelak kita bisa melihat tidak ada lagi warga yang kekurangan air bersih. Kita bahkan merindukan air siap minum dari keran-keran umum, layaknya yang terjadi di beberapa negara tetangga dan eropa. ( dimuat di web kema.unpad.ac.id )

2 komentar: